Friday, 8 April 2016

Aku Tahu Bahwa Tuhan yang Mentakdirkan, Tapi Penyakit Tak Akan Membuatku Menyerah Pada Keadaan


 tiada yang semurni relung sikapmu untukku yang menguatkan semangatku dan harapanku, sebelum tiba saat tubuh ku rebah, dan sebelum tiba saat jika ku lepas, ku ingin kau tau betapa berartinya kau untukku, meski tubuh ini serasa tak mampu bertahan lagi saat kesakitan itu tiba .


aq tak akan tahu seberapa kuat diriku, hingga suatu saat nanti menjadi kuat adalah satu-satunya pilihan yang aku punya.”
Betapa kita layak bersyukur jika Tuhan senantiasa memberikan kesehatan. Dengan modal itu, kita bisa melakukan banyak hal sepanjang usia. Menikmati waktu bersama keluarga, berbagi bahagia dengan teman dan sahabat, menjalin hubungan cinta dengan kekasih, hingga mengejar apa yang jadi mimpi dan cita-cita diri.
Sayangnya, Tuhan kadang punya rencana berbeda bagi kita. Tak seperti orang lain yang kondisi fisik dan kesehatannya baik-baik saja, aku dan mungkin juga kamu merasakan hal yang berbeda. Ya, kita diberi sakit yang tak biasa, yang membuat kita seringkali ingin menyerah atau sekadar menyalahkan keadaan. Kita lupa bahwa Tuhan kadang mencintai manusia dengan cara yang berbeda-beda.


Aku berharap punya kehidupan yang bahagia serupa anak-anak lainnya. Sayangnya, Tuhan berkehendak lain dan aku hanya bisa menerima setiap bulan datang.

Sedari awal, aku terlahir baik-baik saja. Tak pernah ada yang salah dengan fisikku. Aku merasa punya tubuh yang sehat, tak ada yang terasa janggal. Aku pun termasuk punya karakter yang ceria dan ramah. Banyak teman yang bahkan menyukai kepribadian dan karakterku yang periang.
Suatu ketika, kudapati tubuhku menahan kesakitan n keram disekitaran perutku. Jelas ini bukan sesuatu yang biasa menimpa diriku. Buru-buru kuberi tahu ayah dan ibu. Mereka pun hanya bisa mengatakan aq kurang minum air putih dan kurang olahraga,,dan aq hanya bisa terdiam dan hanya bisa mengeluh kesakitan seorang diri,,, yaaa sewaktu itu aq masih kuliah,,, aq menyepelekan hal-hal kecil itu dengan minum obat pereda sakit yang ada di apotik,,


seiring berjalan nya waktuu,, hingga aq pun kerjaa rasa sakitt itu pun tak kunjung reda,,, akhirnyaa ku berani diri tuk pergi ke dokter pastinya bisa menerjemahkan rasa sakit yang kurasakan.

Sayangnya, dokter memberi kabar yang tak mengenakkan. ibu dan kakaku pun bisa membaca hasil Scan -nan yang dokter berikan membuat kegelisahan di parasku dan menepuk-nepukkan tangannya berusaha menenangkan. Tak dapat kupungkiri, aku cemas luar biasa membayangkan dokter memberikan ku obat,,,, dan dokter segera menyarankan ku agar segera menikah :( :( karena itu obat yang ampuh,  sesuatu yang belum siap ku jalani sekarang.

obat herbal??? aq gak percaya dengan obat2 herbal,,, karena teman seperjuanganku dlu sakitt karena minum obat herbal, bahkan karena obat itu juga diaaa kini telah tiada....
“Aku pasrah pada kehendak Tuhan yang memberiku rasa sakit yang sebenarnya tak kuinginkan. Seandainya bisa, mungkin aku ingin ingin sekadar bertanya – mengapa Tuhan menunjukkan rasa cintanya dengan cara seperti ini.”

Meski dokter mengatakan bahwa penyakitku bukanlah sesuatu yang parah dan tidak mengharuskanku untuk opname apalagi harus operasi dalam waktu dekat,,  semangatku sudah terlanjur hilang. Aku merasa jadi manusia yang paling lemah dikala sakit itu tiba tiba datang, Kondisi tubuh yang rapuh membuatku merasa dibatasi untuk melakukan apa-apa. baik makanan yang benar benar harus ku jaga,,,,tapi semua itu ku hiraukan...

“Banyak hal yang berubah, dan aku harus mulai menerima pun terbiasa. Aku tak lagi meremang dalam sedih atau kecewa. Yang terapal dalam kepala adalah bagaimana aku bisa menjalani hari esok dan seterusnya dengan menahan sakit yang luar biasa .”

Meski tubuhku digerogoti, aku peraya bahwa masih banyak yang bisa disyukuri. Aku punya keluarga dan sahabat yang selalu hadir di sisi


Namun, di titik paling rapuh dalam hidupku, aku selalu bisa menemukan mereka. Ya, melihat keluarga dan sahabat-sahabat terdekat adalah kebahagiaan yang seperti bertransformasi jadi suntikan semangat.
“Apa aku pantas merutuki keadaan, atau bahkan menyalahkan Tuhan? Apa aku boleh menyerah ketika ada orang-orang terdekat yang begitu semangat memberiku dukungan? Tidakkah mereka akan kecewa jika diriku sendiri saja tak mau berusaha bahagia?”
Mereka yang memberiku kekuatan agar di tengah rasa sakit aku bisa menjalani kehidupan yang normal.  Meski terkadang muncul rasa pesimis saat membayangkan masa depan, setidaknya aku harus lebih tegar demi keluarga dan sahabat-sahabatku.

Tubuhku boleh meregang kesakitan, tapi semangatku tak boleh dilemahkan. Aku tahu Tuhan yang mentakdirkan, tapi setidaknya aku tak mau menyerah pada keadaan


Usaha dan dukungan dari keluarga dan sahabat adalah mutiara yang tak ternilai. Berkat mereka, aku bisa menjalani hidup selayaknya orang-orang yang sehat dan punya fisik sempurna. Aku buktikan bahwa penyakit yang diderita tak bisa menghentikan langkahku atau bahkan melemahkanku.
Setiap harinya, aku berusaha memenuhi kepalaku dengan pikiran-pikiran yang positif.  Aku tak mau hanya memikirkan hari ini atau besok, tapi aku berani membayangkan lusa, bulan depan, atau bahkan tahun yang akan datang.

Seiring waktu yang berjalan, aku mengerti bahwa Tuhan bukannya membenci. Sakit yang ia berikan hanya wujud rasa cinta dan keinginannya melihatku terus memperbaiki diri. Aku pun semakin mengerti bahwa setiap detik dalam hidupku adalah waktu yang sangat berharga. Aku berjanji untuk berusaha sebaik-baiknya manusia sebelum kelak tiba hari akhirku di dunia.
“Setiap pagi saat membuka mata, rapalkan dalam kepala bahwa hidupmu memang terlalu berharga jika tak dijalani dengan bahagia.


 

No comments:

Post a Comment